Rapor Alfred Riedl di Timnas Lebih Mengkilap dibanding Luis Milla

Luis Milla didatangkan PSSI pada awal tahun 2017 untuk mengerek kualitas permainan Timnas Indonesia. Hal yang dinilai sulit dilakukan oleh pelatih sebelumnya, Alfred Riedl.

PSSI amat yakin Milla yang sempat membawa Timnas Spanyol U-21 juara Piala Eropa U-21 2011 silam lalu, di era kekinian lebih mumpuni dalam meramu area teknik dibanding Alfred, yang sudah dimakan usia.

Nyatanya, hingga pengujung tahun Milla terlihat masih terseok-seok menukangi Tim Merah-Putih. Ia gagal mencapai target yang dibebankan PSSI di dua ajang internasional, yakni: Kualifikasi Piala AFC U-23 2018 dan SEA Games 2017.

Demikian pula di level timnas senior. Skor-skor uji coba internasional Tim Garuda jeblok sepanjang tahun ini.

Pujian kepada Milla baru sebatas gaya bermain yang menghibur. Berbeda dengan era Alfred Riedl, di mana Timnas Indonesia cenderung bermain defensif mengandalkan serangan balik.

Milla yang besar di sepak bola Spanyol, mengandalkan gaya bermain dengan mengedepankan skill individu. Aroma permainan tiki-taka ala Barcelona tersaji di tim asuhannya. Sayangnya, pesona permainan ofensif tak berbanding lurus dengan prestasi.

Di sisi lain, style bermain Alfred Riedl dinilai ketinggalan zaman. Saat Piala AFF 2016, ia memainkan skema tradisional 4-4-2, yang sudah jarang dipakai di persaingan sepak bola internasional. Pakem ini populer di negaranya, Austria. Alfred amat katam benar.

Tapi bicara hasil, rapor mantan pelatih Timnas Vietnam tersebut lebih baik dibading penerusnya. Hanya menggeber persiapan kurang dari dua bulan, Timnas Indonesia yang absen di persaingan internasional gara-gara sanksi FIFA, menjelma menjadi kekuatan menakutkan di Piala AFF 2016.

Boaz Solossa dkk. jadi kuda hitam mengejutkan dengan lolos ke final. Timnas Indonesia gagal menjadi juara setelah kalah dari Thailand. Walau tetap ada kebanggaan saat bermain di kandang Tim Merah-Putih memecundangi sang raja sepak bola Asia Tenggara tersebut.