3 Faktor Kenapa Matheus Cunha Bisa Angkat Derajat Manchester United Musim Depan

Jakarta - Manchester United resmi mengumumkan perekrutan Matheus Cunha dari Wolverhampton Wanderers sebagai rekrutan pertama mereka pada bursa transfer musim panas 2025.

Pemain depan asal Brasil berusia 26 tahun ini ditebus dengan nilai transfer sebesar £62,5 juta setelah United mengaktifkan klausul pelepasan dalam kontraknya di Wolves. Cunha menandatangani kontrak berdurasi lima tahun dengan opsi perpanjangan satu tahun di Old Trafford.

Selama dua setengah musim membela Wolverhampton, Cunha tampil impresif dengan mencetak 33 gol dari 92 penampilan di semua kompetisi. Musim lalu di Liga Inggris, ia mencetak 17 gol dan memberikan enam assist, menjadi salah satu pemain kunci di lini serang Wolves. Sebelum bermain di Inggris, Cunha juga pernah berkompetisi di Bundesliga, La Liga, dan Liga Super Swiss. Secara keseluruhan, dalam karier klubnya, ia telah mencatatkan 270 pertandingan dan 72 gol, serta sudah 13 kali membela timnas Brasil.

Kedatangan Cunha merupakan bagian dari upaya pelatih baru Manchester United, Ruben Amorim, untuk memperbaiki lini serang yang kurang produktif musim lalu. Cunha diproyeksikan bermain sebagai nomor 10 dalam sistem 3-4-3 yang diinginkan Amorim, di mana ia diharapkan bisa memberikan kontribusi signifikan dalam mencetak dan menciptakan gol.

Meski ada minat dari klub lain, termasuk beberapa tim Liga Inggris dan klub Saudi Pro League, Cunha memilih United karena menganggap klub ini sebagai salah satu yang terbesar di dunia, meskipun mereka tidak lolos ke Liga Champions musim depan. Proses akhir seperti pengurusan visa dan pendaftaran sedang diselesaikan, dan Cunha segera akan diperkenalkan secara resmi di Old Trafford.

Selain Cunha, Manchester United juga berencana mendatangkan beberapa pemain lain untuk memperkuat sektor tengah dan sayap guna mengatasi performa buruk mereka yang berujung finis ke-16 di Liga Inggris musim lalu.

Berikut ini Bola.com mengulas tiga alasan kenapa Cunha akan menjadi katalis kebangkitan MU mulai musim depan.

Keterlibatan Gol Cunha

Jumlah gol dan assist (G/A) Cunha memang tak sebanyak Mohamed Salah (47) atau Alexander Isak (29), tetapi torehan 21 G/A-nya musim lalu membuktikan betapa ia sangat mumpuni dalam urusan mencetak gol.

MU musim lalu cuma mencetak 44 gol, sangat sedikit mengingat status mereka sebagai satu di antara tim terbaik di Liga Inggris, bahkan mungkin di dunia. Jadi, kehadiran Cunha akan sangat membantu Setan Merah.

Cocok di Skema Amorim

Penolakan pelatih Ruben Amorim untuk mengubah formasi 3-4-2-1-nya menimbulkan masalah bagi skuad Manchester United yang kesulitan menyesuaikan diri dengan gaya tersebut.

Oleh karena itu, perekrutan Matheus Cunha yang berusia 26 tahun menjadi bentuk dukungan nyata terhadap Amorim. Cunha selama ini banyak bermain sebagai penyerang dalam posisi kiri di formasi 3-2-4-1 di Wolverhampton Wanderers, dengan pergerakan dan posisi yang sesuai dengan ruang-ruang yang diinginkan Amorim untuk pemain nomor 10-nya.

Namun, yang sering terlupakan di awal kepemimpinan Amorim, ketika Man United terlihat lamban dan kelelahan, adalah keinginannya untuk bermain dengan permainan vertikal: umpan-umpan langsung yang menembus lini tengah lawan, dibangun melalui formasi gelandang berbentuk kotak dengan dua pemain nomor 6 yang memasok bola ke dua penyerang dalam.

Menerima umpan terobosan yang membuka lini tengah lawan adalah keahlian yang telah ditunjukkan Cunha sepanjang kariernya di Wolves. Ia menempati peringkat ke-12 di antara penyerang Liga Premier untuk jumlah umpan terbuka yang diterima (946 kali). Cunha menjadi titik tumpu serangan Wolves.

Dengan merekrut Cunha, para gelandang Man United yang selama ini sering kebingungan dan kewalahan saat bermain berpasangan, kini bisa lebih konsisten memberikan umpan terobosan kepada pemain yang nyaman menerima bola dengan setengah putaran, seperti Cunha.

Piawai Mengontrol Permainan

Ball-carrying adalah salah satu ciri khas gaya permainan Ruben Amorim yang belum terlihat di Manchester United.

Ingat kembali kemenangan Sporting Lisbon 4-1 atas Manchester City di Liga Champions UEFA, di mana tim Amorim secara konsisten menyerang City saat transisi atau dalam transisi buatan, baik dengan serangan balik di belakang garis pertahanan tinggi lawan maupun dengan memberikan ilusi serangan balik melalui gerakan satu sentuhan yang banyak menggunakan dribel.

Amorim ingin menerapkan gaya tersebut di United — dan Matheus Cunha adalah salah satu pemain dengan kemampuan membawa bola terbaik di Liga Premier.

Pada musim 2024/25, Cunha menempati peringkat keempat untuk jumlah membawa bola ke sepertiga akhir lapangan (95 kali) dan kesembilan untuk keberhasilan melewati lawan (125 kali). Namun, keunggulannya yang sesungguhnya adalah mengubah dribel tersebut menjadi peluang di depan gawang.

Cunha melakukan 34 tembakan setelah membawa bola, yang merupakan angka keenam tertinggi di liga, serta menciptakan 23 peluang dari membawa bola, juga peringkat keenam terbanyak.

Aksi membawa bola Cunha juga menghasilkan empat gol dan empat assist, menempatkannya di posisi kelima untuk keterlibatan gol setelah membawa bola di Liga Inggris.

sumber : bola.com