Jika Terbukti Terlibat Skandal Keuangan, Hukuman Apa yang Layak untuk Inter Milan: Degradasi ke Serie B seperti Juventus pada Calciopoli?

Kalah 0-5 dari PSG di final Liga Champions, Simone Inzaghi pilih menerima pinangan Al Hilal. Ujian Inter Milan tidak berhenti sampai di situ. Selasa (03/06/2025) malam waktu Italia, media-media lokal ramai memberitakan Inter Milan terlibat skandal keuangan yang diyakini turut diketahui Federasi Sepak Bola Italia (FIGC).

Kalah 0-5 dari PSG di final Liga Champions, Simone Inzaghi pilih menerima pinangan Al Hilal. Ujian Inter Milan tidak berhenti sampai di situ. 

Selasa (03/06/2025) malam waktu Italia, media-media lokal ramai memberitakan Inter Milan terlibat skandal keuangan yang diyakini turut diketahui Federasi Sepak Bola Italia (FIGC). 

Mengutip situs Footmercato.net, skandal keuangan ini terjadi kurun waktu 2016-2019 atau saat tim ini dipunyai Grup Suning asal China.

Singkat cerita, sejak mengambil alih klub pada 2016, Suning membangun jaringan sponsor regional yang menghasilkan hampir 300 juta euro dalam tiga tahun: 2016-2019.

Angka ini mewakili 27 persen dari total pendapatan Inter pada periode tersebut. Dari jumlah itu, 131,4 juta euro berasal dari kontrak internal Suning, dan 165,6 juta euro dari mitra eksternal yang disebut meragukan oleh penulis analisis.

Pendapatan dari kontrak ini, yang seringkali bersifat sementara dan sulit dilacak, digunakan untuk menopang laporan keuangan klub secara artifisial dan memenuhi persyaratan UEFA dalam kerangka Financial Fair Play.

Kesimpulannya ada dugaan sponsor fiktif. Lalu dugaan intervensi FIGC untuk menghindari degradasi, seluruh sistem tampaknya memungkinkan Inter bertahan di puncak meski kondisi ekonomi klub, seharusnya membuat mereka dilikuidasi, dikeluarkan dari Serie A, atau bahkan turun ke divisi bawah.

Jadi jika terbukti melakukan manipulasi keuangan ini, apa hukuman yang layak untuk Inter Milan? Skandal Calciopoli yang pernah melibatkan Juventus bisa jadi rujukan pada 2006. 

Mengenang Calciopoli

Juventus yang berstatus satu di antara klub disegani di Eropa dan dunia, jatuh ke lubang hitam pada 2006. Setelah berlaga di Serie A selama 109 tahun, Juventus terlempar ke kasta kedua akibat skandal pengaturan skor.

Skandal tersebut dikenal juga dengan nama Calciopoli. Kasus tersebut tak hanya mencoreng arang di muka Juventus, tetapi juga menjadi aib yang akan selalu diingat di sepak bola Italia.

Skandal tersebut dikenal juga dengan nama Calciopoli. Kasus tersebut tak hanya mencoreng arang di muka Juventus, tetapi juga menjadi aib yang akan selalu diingat di sepak bola Italia.

Kasus tersebut pertama kali bergulir ketika polisi dan Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) melakukan investigasi terhadap hasil pertandingan di Serie A musim 2004-2005 dan 2005-2006. Polisi dan FIGC mencurigai adanya kecurangan pada pertandingan yang melibatkan Juventus.

I Bianconeri diduga mendapat keuntungan dari wasit demi memuluskan langkah menjuarai Serie A dalam dua musim tersebut.

Pada musim 2004-2005, Nyonya Tua bercokol di puncak klasemen dengan 86 poin, unggul tujuh angka atas AC Milan di urutan kedua. Adapun musim 2005-2006 mengumpulkan 91 poin, memimpin 15 angka atas Inter Milan di posisi runner-up.

Sosok Moggi

Setelah melakukan serangkaian penyelidikan dan investigasi, bukti-bukti pun mengarah kepada Luciano Moggi, yang ketika itu menjabat sebagai Direktur Umum Juventus. Moggi melakukan percakapan dengan beberapa pejabat dari sepak bola Italia untuk memengaruhi penunjukan wasit.

Seperti dilansir These Football Times, Moggi melakukan berbagai cara untuk mengatur pertandingan yang melibatkan Juventus. Pria asal Italia itu melakukan ratusan panggilan dan menerima telepon, pemerasan, penyuapan, hingga ancaman kekerasan.

Bukan hanya itu, orang yang tidak mematuhi instruksinya bakal terluka, mereka yang tidak setuju akan menjadi ofisial pertandingan dengan status buruk, sedangkan wasit yang tidak patuh maka kariernya akan hancur berantakan.

Hingga akhirnya, Juventus dan Luciano Moggi diputuskan bersalah. Selain Juventus, klub Serie A lainnya juga terlibat skandal pengaturan skor yakni Fiorentina, Lazio, AC Milan, dan Reggina.

Juventus Degradasi ke Serie B, Inter Milan Bernasib Sama?

Dari kelima klub tersebut, I Bianconeri mendapatkan hukuman yang paling berat. FIGC menjatuhkan sanksi berupa degradasi ke Serie B, pengurangan poin hingga 30, dan titel juara musim 2004-2005 dan 2005-2006 dilucuti. Sementara itu, tim lainnya hanya diberi hukuman pengurangan poin dan tetap berlaga di Serie A.

"Vonis ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Kami mengharapkan hukuman yang adil tidak hanya dalam bentuk tetapi secara substansi, harapan kami berbeda," ujar Presiden Juventus saat itu, Giovanni Cobolli Gigli, pada 14 Juli 2006.

"Kami bisa berharap degradasi ke divisi dua (Serie B), tetapi juga diberikan pengurangan 30 poin, itu sama saja seperti degradasi ke divisi ketiga (Serie C). Kami akan naik banding," lanjutnya seperti dilansir BBC.

Setelah melakukan banding, hukuman Juventus dikurangi. Namun, mereka tetap terlempar ke Serie B, pengurangan sembilan poin untuk musim berikutnya, tiga pertandingan kandang tertutup, dan titel juara Serie A, 2004-2005 dan 2005-2006, dicopot. Adapun Luciano Moggi dilarang beraktivitas di dunia sepak bola seumur hidup.

Jadi akankah Inter Milan bernasib sama seperti Juventus? Patut ditunggu kabar selanjutnya dari kasus ini. 

sumber : bola.com