Sebaliknya, dalam laga lain yang mempertemukan Newcastle United dan Brentford, Dan Burn tidak dijatuhi hukuman ketika menabrak Dango Ouattara. Bahkan pemain Brentford itu justru dihukum kartu kuning karena diving.
Lalu apa bedanya dengan insiden Doku? Lagi-lagi, jawabannya ada pada niat dan cara pemain jatuh. Menurut panduan Premier League, VAR menilai apakah cara pemain terjatuh sejalan dengan besarnya kontak.
Pada insiden tersebut, Ouattara dinilai terlalu teatrikal dalam jatuhnya, seolah mencari penalti, bukan karena kehilangan keseimbangan alami. Ini membuat VAR tidak memiliki dasar kuat untuk membatalkan keputusan wasit di lapangan.
Sebagai perbandingan, panel insiden kunci Premier League (KMI) pernah menilai kasus serupa antara Arsenal dan Leeds United.
Dalam insiden itu, kontak kecil dinilai nyata tetapi tidak cukup signifikan untuk menjadi penalti, sehingga VAR juga tidak ikut campur meski keputusan awal wasit dinilai keliru.
Kapan VAR Boleh Meninjau Kartu Kuning?
Banyak yang mengira VAR tidak bisa meninjau kartu kuning, tapi sebenarnya ada pengecualian tertentu.
Contohnya, pada laga Brighton vs Crystal Palace, Georginio Rutter mendapat kartu kuning karena berpura-pura jatuh. VAR meninjau tayangan ulang dan menemukan tidak ada kontak sama sekali dari pemain lawan, sehingga penalti dibatalkan dan kartu kuning tetap dipertahankan karena niat menipu wasit terbukti.
Namun, dalam kasus seperti Ouattara, VAR hanya bisa meninjau insiden jika mereka menganggap seharusnya penalti diberikan. Jika tidak, mereka tidak berwenang mengubah keputusan kartu kuning untuk simulasi semata.
Mulai musim depan, Premier League akan mengizinkan peninjauan untuk kartu kuning kedua, yang berarti kartu kuning karena simulasi bisa dicabut jika terbukti salah, tapi tidak berlaku untuk kartu kuning pertama.
Selain itu, jika penalti yang menyebabkan kartu kuning dibatalkan, maka kartu kuning juga otomatis dihapus. Sebaliknya, dalam peninjauan kartu merah, wasit bisa menurunkan sanksi menjadi kartu kuning jika dianggap pelanggaran tidak cukup berat.
VAR Bukan Alat Konsistensi, tapi Koreksi
Perbedaan keputusan yang tampak kontradiktif sering membuat penggemar bingung dan frustrasi.
Namun, perlu diingat VAR berfungsi untuk menilai kesalahan yang jelas dan nyata, atau clear and obvious error, bukan untuk menyeragamkan semua situasi serupa. Dengan kata lain, VAR menilai konteks, bukan hanya kontak.
Meski Doku mendapat penalti dan Ouattara tidak, keduanya tetap dinilai berdasarkan dampak kontak dan niat pemain, dua elemen utama yang terus menjadi bahan perdebatan dalam dunia sepak bola modern.
Sumber: bola.com - BBC
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5180049/original/042904000_1743717090-AP25093753898097.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/3622355/original/073142700_1635992228-6_AP21307787654321.jpg)